Lulusan Sekolah Maritim Harus Adaptif untuk Menjadikan Indonesia Pusat Peradaban Maritim Dunia
Lulusan Sekolah Maritim Harus Adaptif untuk Menjadikan Indonesia Pusat Peradaban Maritim Dunia
Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, telah mengukuhkan tekadnya untuk memperkuat perannya sebagai pusat maritim dunia yang semakin kuat. Hal ini merupakan langkah strategis guna memanfaatkan potensi kelautan yang melimpah, dengan tujuan mencapai status sebagai pusat peradaban maritim dunia pada 2045.
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah konkret dalam upaya mencapai tujuan ini. Fokus utama pemerintah adalah pada inisiatif yang bertujuan untuk memperkuat konektivitas maritim, meningkatkan pertahanan perairan, dan mengembangkan ekonomi laut yang berkelanjutan.
Langkah-langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya besar-besaran untuk memperkuat posisi Indonesia di ranah maritim global.
“Penting persiapan lulusan ini dalam menghadapi dunia yang semakin maju dan persaingan yang semakin ketat, tidak hanya dengan sesama manusia, tetapi juga dengan mesin dan robot,” papar Dr. Wegig Pratama, M.Pd., Ketua Sekolah Tinggi Maritim Yogyakarta (STIMARYO) saat wisuda pada Sabtu (30/9/2023) di kampus setempat.
Ia menekankan perlunya adaptabilitas, kreativitas, dan dedikasi yang tinggi dari lulusan agar posisi manusia tetap tak tergantikan oleh mesin dan robot.
Wegig melanjutkan, STIMARYO telah mengambil beberapa langkah strategis untuk mencapai tujuan ini, di antaranya adalah mengakomodasi kurikulum kampus merdeka yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan menyiapkan lulusan yang memiliki karakter sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Perayaan “Wisuda Sekolah Tinggi Maritim Yogyakarta” bagi program ahli madya dan sarjana kali ini menjadi sebuah momen penting bagi para wisudawan, serta orang tua dan keluarga yang telah berkontribusi terhadap kesuksesan ini.
“Semoga ilmu yang diperoleh oleh para wisudawan selama belajar di STIMARYO dapat bermanfaat bagi diri mereka sendiri, masyarakat, dan bagi Bangsa Indonesia,” imbuhnya.
Kelulusan ini, lanjut Wegig, adalah bukti kesungguhan dan dedikasi mahasiswa dalam mencapai posisi yang istimewa sebagai ahli madya dan sarjana di tengah persaingan yang ketat.
Sementara Direktur Perkapalan dan Kepelautan Departemen Perhubungan Laut, Dr. Hartanto, M.H., M.Mar.E., mengatakan, pentingnya lulusan STIMARYO (Sekolah Tinggi Maritim Yogyakarta) agar mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi persaingan di tingkat nasional maupun internasional.
“Adaptasi menjadi keniscayaan dalam menghadapi perkembangan pesat dalam sektor maritim yang semakin tak terbendung,” ujarnya.
Menurut Dr. Hartanto, seiring dengan pesatnya kemajuan industri dan teknologi di dunia maritim yang sering disebut sebagai “borderless,” lulusan STIMARYO harus menjadi pionir dalam menciptakan solusi kreatif yang relevan dengan tantangan masa kini.
“Mari bersama-sama menciptakan lulusan yang kreatif, mari kita ciptakan pemenang masa depan,” kata dia.
Salah satu isu yang menjadi perhatian utama adalah ketentuan-ketentuan internasional yang ditetapkan oleh International Maritime Organization (IMO), di mana Indonesia merupakan anggotanya adalah ancaman yang dihadapi oleh kapal konvensional dalam bentuk Maritime Autonomous Systems (MAS) Services, yang mencakup kapal tanpa awak.
“Artinya, kita harus belajar betul bagaimana kita akan beradaptasi dengan era MAS yang segera hadir,” ujarnya.
Dia menekankan perlunya penyesuaian kurikulum agar mencakup aspek digitalisasi yang telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari di industri maritim.
Tidak hanya berbicara tentang teknologi, Dr. Hartanto juga mengangkat isu green shipping sebagai bagian penting dalam persaingan di dunia maritim.
“Setelah lulus dari STIMARYO, lulusan harus mampu bersaing di dunia internasional dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan lingkungan saat berlayar,” tambahnya.
Dengan adaptasi yang baik terhadap perkembangan industri, teknologi, dan regulasi internasional, lulusan STIMARYO diharapkan dapat menjadi pemimpin masa depan di bidang perkapalan dan kepelautan.
Sumber : jogjainfo.id